CAPE TOWN, KOMPAS.com —  Afrika Selatan sudah menjadi negara demokratis, tapi juga negara bebas  yang perkembangannya menyerupai Amerika Serikat. Bahkan, soal hubungan  seks pun cenderung bebas sehingga timbul beberapa ekses sosial.
Sebuah  film remaja diputar di SABC, televisi terbesar di Afsel, pada pukul  21.00 waktu setempat, Sabtu (3/7/2010). Intinya, sinetron itu berkisah  tentang siswa-siswa high school (setingkat SMA). Di Afsel hanya  ada elementary school yang terdiri dari kelas I sampai VII.  Kemudian, sekolah dilanjutkan ke high school dari kelas VIII  sampai XII.
Dalam kisah itu, para siswa menyiapkan pesta  kelulusan. Mereka akan mengadakan pesta di rumah salah satu siswa yang  besar dan luas. Namun, sebelum pesta tiba-tiba ada tulisan-tulisan di  sekolah yang mengejek para siswa yang masih perjaka dan perawan. Seolah,  hal sakral dan terpuji itu justru dianggap aneh oleh orang Afsel,  manakala mereka sudah menginjak usia 18 tahun.
Lalu, terjadilah  pesta kelulusan itu. Dan, siswi yang tadinya perawan dan siswa yang  tadinya perjaka berusaha melepasnya di malam itu. Di lantai atas sudah  tersedia beberapa kamar untuk melepas keperawanan dan keperjakaan itu.  Siswa yang menemukan pasangan atau pasangan lama bisa bergantian memakai  kamar untuk melakukan hubungan seks.
Menurut orang-orang Afsel,  pesta itu selalu terjadi di bulan Juni atau awal Juli, ketika datang  masa kelulusan high school. Biasanya, pesta dilakukan secara  sembunyi-sembunyi atau dikemas seperti pesta kelulusan biasa.
Tahun  ini, banyak pesta sembunyi-sembunyi, baik secara berkelompok maupun  berdua dilakukan sebelum Piala Dunia 2010. Tentu, pesta melepas  keperawanan dan keperjakaan. Dengan demikian, mereka akan bisa menikmati  Piala Dunia 2010 dengan status "membanggakan" bagi pendapat mereka.
"Ya,  di sini ada tradisi seperti itu. Sepertinya pengaruh dari Amerika.  Biasanya sehabis kelulusan. Bagi yang masih menjaga norma, ini tentu  mengkhawatirkan," kata Djaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria, yang  sudah tinggal di Afsel selama 15 tahun.
Hal itu dibenarkan oleh  Lesogo, seorang sukarelawan Piala Dunia yang bermarkas di FIFA Fan Fest  Inner Free Park, Johannesburg. Menurutnya, di Afsel jika sudah berumur  18 tahun bebas menentukan pilihan dan bertindak. Bahkan, mereka juga  bebas berhubungan seks, atau memutuskan menikah, karena sudah dianggap  bisa bertanggung jawab dan mandiri.
"Terus terang, saya juga  melakukan hal itu dan itu sudah lumrah. Tapi, saya melakukannya setelah  berumur 18 tahun. Di Afsel, berhubungan seks dengan gadis di bawah 18  tahun merupakan pelanggaran hukum dan bisa didakwa dengan pasal  pemerkosaan yang hukumannya sangat berat," kata Lesogo.
Meski  begitu, kasus hilangnya keperawanan di Afsel bisa terjadi saat masih  kecil di bawah 18 tahun. Ini berhubungan dengan keyakinan lokal. Dan,  praktik seperti ini masih sering terjadi. Bahkan, praktik ini sempat  ngetren karena ada isu bahwa AIDS bisa hilang jika berhubungan seks  dengan balita.
Sebagai catatan, kasus HIV/AIDS di Afsel masih  tinggi. Bahkan, Afsel termasuk negeri paling banyak pengidap AIDS-nya.  Menurut catatan UNAIDS pada 2007, jumlah penderita AIDS di Afsel  mencapai 5.700.000 orang. Artinya, Afsel menjadi negeri paling tinggi  dalam hal jumlah penderita AIDS.
Menyambut Piala Dunia 2010,  kabarnya pesta melepas keperawanan dan keperjakaan cukup banyak. Memang  dua hal itu tak ada hubungannya. Namun, mereka ingin menikmati Piala  Dunia bersama pacarnya dan sudah dalam status sering berhubungan seks.
Yang  pasti, hubungan antara pemuda dan pemudi di Afsel memang bebas. Bahkan,  tak jarang mereka mempertontonkan kemesraan, baik pelukan maupun ciuman  bibir, di depan umum tanpa rasa risih. Orang-orang di sekitarnya pun  juga cuek saja, seolah sudah menjadi pemandangan biasa.

{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow