Beruntunglah kita-kita yang punya sedikit uang lebih. Jika kita pergi kemanapun, kita punya pilihan. Beberapa waktu lalu saya sedang agak bokek sehingga mengharuskan saya naik kereta api ekonomi dari Purwokerto ke Jakarta. Harganya 26 ribu, sangat murah dibanding dengan kelas bisnis 100 ribu atau eksekutif 170 ribu. Seperti yang sudah saya duga, kereta penuh bahkan di toilet pun banyak orang berjejal. Itu semua tidak masalah bagi saya, tapi ada sejumlah kejadian yang kawan-kawan tahu, bahwa betapa susahnya mencari nafkah bagi sebagian orang, bahkan harus bertaruh segalanya.
Kereta yang saya naiki berhenti di sebuah staiun kecil dan disitu banyak naik perempuan pedagang kopi/ pop mie keliling. Sekilas saya lihat mereka berdandan cukup menor, dengan lipstik yang tebal. Walaupun kereta penuh, tetap aja mereka maksa naik. Mereka menyebar di ke-12 gerbong. Tengah malam, pas orang-orang sudah tidur (banyak yang tidur sambil berdiri), saya sekilas melihat seorang perempuan menor penjual kopi baru saja diselipi uang oleh seorang laki-laki. Bukan karena habis beli kopi, tapi….(maaf) setelah tangan si laki-laki itu masuk ke dada perempuan penjual kopi itu selama sekitar 10 menitan. Luar biasa!
Oh my God, apa yang terjadi di depan mata saya? Sambil masih terheran-heran, tiba-tiba ada yang menyeletuk dari samping saya, seorang perempuan penjual kopi juga. “Udah mas, biasa aja, udah biasa kayak gitu. Sekarang nyari duit susah. Kalau bisa dapat duit sementara dagangan utuh, siapa yang nolak?” katanya seolah menyiratkan bahwa semua itu “it’s no big deal..” kata perempuan itu.
“Kita bukan pelacur mas, cuma segitu aja kok (sekadar menyerahkan “dada” untuk “dimainkan” selama beberapa menit). Katanya lirih….Tarifnya bervariasi antara 5 ribu sampai 10 ribu. Paling banyak yang suka begitu adalah anggota rombongan yang mereka tidak pernah beli tiket. Mereka ini mungkin para “preman” asal daerah yang beroperasi di Jakarta dan tiap pekan pulang untuk setor nafkah pada keluarganya. Grup “penumpang tanpa tiket” ini banyak dan sepertinya didiamkan saja oleh kondektur kereta. Mereka sangat menguasai kereta, dan bahkan jika ditagih tiket tidak segan-segan berbuat kekerasan…Mereka biasanya “hanya” memberi 100 ribu untuk 20 orang dan memaksa kondektur menerima uang itu. It’s too crazy! berarti mereka hanya bayar 5 ribu untuk ke Jakarta, padahal harga tiket normal 26 ribu..
Sumber: http://regional.kompasiana.com/2010/07/11/fakta-tragis-di-atas-kereta-ekonomi/
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow