VIVAnews - Provinisi Sumatera Barat adalah satu dari sejumlah provinsi yang masuk dalam Peta Bahaya Gempa Indonesia 2010, yang dikeluarkan para ahli ITB, beberapa waktu lalu di Istana Negara.
Sumatera Barat diprediksi menyimpan potensi gempa besar di perairan Mentawai. Namun, hingga saat ini propinsi tersebut belum mengkaji aturan terkait ketahanan bangunan publik terhadap gempa.
Wacana ini sempat muncul pasca gempa 7,9 Skala Richter akhir September 2009 lalu. Namun, hingga saat ini konsep tersebut masih dalam taraf pembicaraan di kalangan pemerintah.
"Zonasi gempa baru menunjukkan kekuatan gempa di Sumbar akan meningkat 1,5 kali lipat lebih besar dari sebelumnya," ujar Ketua Ikatan Ahli
Geologi Sumbar Ade Edwar pada VIVAnews, Jumat, 23 Juli 2010.
Kondisi ini, menurut Edward, dibutuhkan keseriusan untuk penguatan ketahanan bangunan yang ada. Meskipun peta bencana ini baru dirilis, pemerintah daerah mesti tanggap untuk menyikapinya dalam bentuk aturan.
"Peta ini kan baru, butuh waktu untuk melakukan antisipasi sesuai dengan akibat yang akan ditimbulkan dari bencana gempa ke depan," kata Ade.
Keseriusan pemerintah daerah menghadapi bencana, menurutnya, akan terlihat dari alokasi anggaran dalam APBD.
Menurut Probabilitic Seismic Hazard Analysis Map yang dirilis beberapa waktu lalu di Istana, tingkat guncangan di Padang meningkat dari 0,25 g menjadi 0,32 g (grafitasi). Data baru tersebut menjadi fakta ilmiah bagi Sumbar untuk waspada menghadapi gempa.
637 Dusun Di Zona Merah Tsunami
Bila tidak segera ditindak lanjuti, gempa berkekuatan 9,0 SR yang tersimpan di Kepulauan Mentawai diprediksi menyebabkan tsunami, akan menghantam 637 dusun yang berada di tujuh kabupaten kota di Sumbar.
Sedikitnya, 500 ribu hingga 600 ribu jiwa yang berprofesi sebagai nelayan mendiami kawasan tersebut, terancam jiwanya.
Saat ini, di kawasan pesisir Sumbar, baru menggunakan peringatan dengan sirine. Sebanyak enam sirine sebagai early warning system dipasang pada tujuh daerah.
Sirene peringatan dini tsunami milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini dipasang di Padang, Kota Pariaman, Cimpago (Kab. Padang Pariaman), Pasar Tiku, Sasak, Pasaman Barat.
Di Indonesia, sirine ini terpasang sebanyak 12 unit. Enam unit terpasang di Sumbar dan sisanya berada di NAD.
"Jumlah ini tentunya tidak sebanding karena belum mampu memberi peringatan secara efektif pada setiap penghuni dusun," kata Ade Edwar.
Idealnya, tiap-tiap dusun dipasang sirene tsunami yang harganya mencapai Rp 1 miliar lebih. Selain memasang sirine tsunami, kamera CCTV juga dipasang di lepas pantai Padang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar juga berencana menerapkan tekhnologi gelombang radio yak terkoneksi ke sirine tsunami.
Handy talky (HT) yang dimodifikasi akan terkoneksi ke sejumlah masjid di pesisir pantai Sumbar agar peringatan dini sampai pada masyarakat setempat.
Diperkirakan, alat ini akan memakan biaya Rp20 juta hingga Rp50 juta per unit yang akan dipasang 637 dusun. Sumbar pun telah menetapkan status kesiapsiagaan atas bencana pasca gempa 7,9 SR mengguncang akhir September 2009. (pet)
sumber : http://id.news.yahoo.com/viva/20100724/tpl-600-ribu-jiwa-terancam-gempa-besar-d-fa55e98.html
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow