dalam perbaikan
Perkembangan pertumbuhan mal di Indonesia dinilai masih tertinggal dengan Singapura. Negeri Jiran itu berhasil meraup omzet mal, yang didominasi dari turis yang datang ke Singapura termasuk paling banyak dari orang-orang Indonesia.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan selama ini pendapatan mal-mal di Indonesia lebih banyak dari pasar domestik. Sementara di Singapura lebih dari separuh omzet mal justru disumbang dari orang-orang asing.
"Kalau di Indonesia kalau ada yang mal baru, yang berjejer di Indonesia nggak ada beda dengan di Singapura. Mal di Singapura 60% total sales shopping center sebagian besar turis, sebagian besar orang Indonesia, kalau di Indonesia 1% saja dari turis nggak ada," katanya kepada detikFinance, Rabu (11/4/2012)
Menurutnya angka tersebut sangat cocok dengan kenyataan di lapangan. Saat ini, lanjut Ridwan, kalangan kelas menengah atas Indonesia lebih memilih belanja ke luar seperti Singapura dan Hong Kong. Sementara mal-mal domestik lebih banyak dikunjungi kalangan kelas menengah terutama saat libur panjang.
"Mal-mal luar negeri seperti di Singapura, ramai kebanjiran dari orang Indonesia, katanya jauh lebih murah, karena tax refund-nya jalan, kalau di Indonesia ada pajak barang mewah, jadi orang jalan-jalan di luar negeri sambil belanja," katanya.
Ia berharap pemerintah konsen terhadap masalah ini, dengan harapan daya beli masyarakat kelas menengah ke atas Indonesia tidak terbuang dibelanjakan ke luar negeri. Meskipun ia mengakui bila pun belanja di dalam negeri, umumnya barang-barang impor, namun itu lebih baik karena perputaran uangnya masih di pasar domestik.
"Jalan keluarnya pemerintah harus mempromosikan Indonesia nanti akan ada Jakarata Great Sale, paling tidak seperti di Singapura, pemerintah ikut promosikan, dibantuin pemerintah. Tujuannya bagaiman orang Indonesia mengurangi belanja ke luar negeri," katanya.
(hen/dnl)
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow