dalam perbaikan
Moza Pramita dikenal sebagai salah satu penyiar, model, dan publisis yang berpengaruh di Jakarta, Indonesia. Kesibukan terbarunya sebagai publisis untuk pagelaran Matah Ati tak membuat dirinya melupakan aspek terpenting dalam kehidupan, yakni cinta, teman dan keluarga. Dalam sebuah bincang intim di kediamannya di bilangan Kuningan, Rabu (27/06/2012), ia pun berbagi sedikit banyak kiat menuju kebahagiaan.
Tentang Pertemanan
Pertemanan diakuinya penting untuk menjalani kehidupan yang begitu berat dengan segala tantangannya. Baginya, teman sejati itu yang mau memberitahukan apa yang salah dari diri kita tanpa bermaksud iri dan murni karena rasa sayang. "Misalnya nih, kita pakai baju jelek, lalu teman akan bilang, 'duh jelek amat sih pakai baju itu', karena memang baju itu jelek dan enggak cocok buat kita. Kalau teman yang basa-basi mungkin akan membiarkan kita pakai baju tersebut dan memuji bagus, padahal seharian kita tampil jelek dan enggak cocok," ujarnya.
Untuk urusan teman, memilih teman itu penting. "Ada orang-orang yang frekuensi ngobrolnya enggak bisa masuk ke kita dan engga perlu dipaksain. Biasanya kalu begitu aku langsung mundur. Akan ada pintu lain untuk pertemanan yang cocok buat kita. Orang yang juga suka menjatuhkan keluarga atau teman sendiri dari obrolan saja sudah ketahuan kalau dia tidak baik untuk dijadikan teman, karena akan membawa pengaruh jeleknya ke kita," jelasnya.
Tentang Cinta
Saat ditanyakan Wolipop, mengapa di era yang begitu modern ini, banyak sekali wanita yang kesepian namun telah memiliki karir yang bagus dan secara fisik ia menarik? Moza sederhana menjawab bahwa wanita saat ini takut untuk mempunyai pilihan.
"Bukan ngajarin bandel ya, tapi you have to have choices. Koq bisa sih bilang kalau kamu wanita modern tapi membatasi diri hanya untuk satu pilihan? Lihat enam bulan hubungan, kalau memang enggak ada perkembangan, harus branching. Harus berani punya pilihan jangan cuma satu," ujarnya tanpa bermaksud untuk mengajarkan tidak setia.
Ia menegaskan bahwa diri kita begitu berharga, dan jangan pernah membatasi diri untuk satu pria jika memang kepastian komitmen tidak jelas. Ia juga tidak menutup ide akan multiple-dating (kencan lebih dari satu), untuk melihat kualitas pria terbaik yang sesuai dengan diri masing-masing. Jika memang tidak ada pria yang tertarik, harus berani untuk berkaca.
"Kalau memang enggak ada yang mau sama kita, harus berkaca, apa kita terlalu bawel, cerewet, suka ngatur-ngatur, terlalu banyak nanyain kabar. Itu pasti bikin lelaki ill-feel," ujarnya. Sebagai wanita, pria memang dibutuhkan sebagai imam, namun wanita harus berani untuk memiliki pilihan untuk mencari imam yang benar.
Tentang Keluarga & Pernikahan
Ibu dari Malik (8) dan Akma (6) ini memiliki trik tersendiri dalam mengurus buah hatinya. Ia menekankan jangan pernah berkoar-koar akan kelebihan anak di depan orang lain. Melakukannya secara personal dengan cara memuji anak sewajarnya akan menjadi vitamin bagi pertumbuhan emosional mereka. Kesibukannya yang padat juga tak memungkinkan untuk selalu menemani anak-anaknya, namun ia ciukup memastikan apa yang sedang mereka lakukan tiap saat.
Peranannya sebagai ibu juga tak terlepas dari dukungan suaminya, Panya Siregar yang menikahi dirinya, 19 September 1999 lalu. Suaminya diakui tidak pernah membatasi diri sehingga otomatis membuatnya tahu diri tanpa perlu diminta atau disuruh. "Harus bisa menghargai pasangan dan respek akan komitmen, yakni keluarga. Jangan sampai ada cinta lalu didiamkan saja karena sudah jadi suami. Harus pupuk terus dan enggak boleh jadiin kesibukan atau anak sebagai alasan cinta jadi berkurang. Seharusnya makin lama waktu berjalan, cinta itu makin kuat dan kokoh," ujarnya berpesan.
Tentang Pertemanan
Pertemanan diakuinya penting untuk menjalani kehidupan yang begitu berat dengan segala tantangannya. Baginya, teman sejati itu yang mau memberitahukan apa yang salah dari diri kita tanpa bermaksud iri dan murni karena rasa sayang. "Misalnya nih, kita pakai baju jelek, lalu teman akan bilang, 'duh jelek amat sih pakai baju itu', karena memang baju itu jelek dan enggak cocok buat kita. Kalau teman yang basa-basi mungkin akan membiarkan kita pakai baju tersebut dan memuji bagus, padahal seharian kita tampil jelek dan enggak cocok," ujarnya.
Untuk urusan teman, memilih teman itu penting. "Ada orang-orang yang frekuensi ngobrolnya enggak bisa masuk ke kita dan engga perlu dipaksain. Biasanya kalu begitu aku langsung mundur. Akan ada pintu lain untuk pertemanan yang cocok buat kita. Orang yang juga suka menjatuhkan keluarga atau teman sendiri dari obrolan saja sudah ketahuan kalau dia tidak baik untuk dijadikan teman, karena akan membawa pengaruh jeleknya ke kita," jelasnya.
Tentang Cinta
Saat ditanyakan Wolipop, mengapa di era yang begitu modern ini, banyak sekali wanita yang kesepian namun telah memiliki karir yang bagus dan secara fisik ia menarik? Moza sederhana menjawab bahwa wanita saat ini takut untuk mempunyai pilihan.
"Bukan ngajarin bandel ya, tapi you have to have choices. Koq bisa sih bilang kalau kamu wanita modern tapi membatasi diri hanya untuk satu pilihan? Lihat enam bulan hubungan, kalau memang enggak ada perkembangan, harus branching. Harus berani punya pilihan jangan cuma satu," ujarnya tanpa bermaksud untuk mengajarkan tidak setia.
Ia menegaskan bahwa diri kita begitu berharga, dan jangan pernah membatasi diri untuk satu pria jika memang kepastian komitmen tidak jelas. Ia juga tidak menutup ide akan multiple-dating (kencan lebih dari satu), untuk melihat kualitas pria terbaik yang sesuai dengan diri masing-masing. Jika memang tidak ada pria yang tertarik, harus berani untuk berkaca.
"Kalau memang enggak ada yang mau sama kita, harus berkaca, apa kita terlalu bawel, cerewet, suka ngatur-ngatur, terlalu banyak nanyain kabar. Itu pasti bikin lelaki ill-feel," ujarnya. Sebagai wanita, pria memang dibutuhkan sebagai imam, namun wanita harus berani untuk memiliki pilihan untuk mencari imam yang benar.
Tentang Keluarga & Pernikahan
Ibu dari Malik (8) dan Akma (6) ini memiliki trik tersendiri dalam mengurus buah hatinya. Ia menekankan jangan pernah berkoar-koar akan kelebihan anak di depan orang lain. Melakukannya secara personal dengan cara memuji anak sewajarnya akan menjadi vitamin bagi pertumbuhan emosional mereka. Kesibukannya yang padat juga tak memungkinkan untuk selalu menemani anak-anaknya, namun ia ciukup memastikan apa yang sedang mereka lakukan tiap saat.
Peranannya sebagai ibu juga tak terlepas dari dukungan suaminya, Panya Siregar yang menikahi dirinya, 19 September 1999 lalu. Suaminya diakui tidak pernah membatasi diri sehingga otomatis membuatnya tahu diri tanpa perlu diminta atau disuruh. "Harus bisa menghargai pasangan dan respek akan komitmen, yakni keluarga. Jangan sampai ada cinta lalu didiamkan saja karena sudah jadi suami. Harus pupuk terus dan enggak boleh jadiin kesibukan atau anak sebagai alasan cinta jadi berkurang. Seharusnya makin lama waktu berjalan, cinta itu makin kuat dan kokoh," ujarnya berpesan.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow