dalam perbaikan
Sekarang ini sedang musim panen di provinsi Tamil Nadu, India.
Salah satu acara menarik dalam perayaan ini adalah adu banteng tradisional atau yang dikenal sebagai Jalikattu. Acara ini merupakan olahraga populer namun kontroversial seperti yang ditemukan Bismillah Geelani.
Di arena olahraga di bagian selatan kota Madurai, seratus lebih lelaki muda yang mengenakan kaos kuning dan celana pendek hitam sedang berdiri dalam formasi setengah lingkaran.
Seekor banteng dengan kalung bunga yang dipasang di bagian tanduk, dedaunan mangga yang digantung di sekitar leher, masuk ke dalam arena.
Para lelaki itu lantas berlarian dan mencoba menjinakkan banteng itu. Sebagian menangkap memegang tanduknya, yang lainnya mencoba meraih punuknya, sementara sisanya mencoba duduk di punggungnya.
Banteng mengamuk dan dengan buas melemparkan para penjinak itu di atas kepalanya, menyerang mereka dengan tanduk dan bahkan menginjak-injak mereka.
Di balik barikade yang mengelilingi arena, ribuan penonton meniup pluit, bertepuk tangan dan berteriak menyemangati para penjinak kesayangan mereka.
Inilah Jalikattu, olahraga tradisional yang populer di Tamil Nadu.
P. Rajshekharan, penyelenggara acara ini di Madurai.
"Kami sudah lakukan ini dari generasi ke generasi. Ini sudah jadi bagian yang menyatu dari Festival Pongal dan budaya Tamil. Ini adalah satu perayaan keberanian. Ini akan mendatangkan keberuntungan untuk bisnis dan pertanian di tahun yang baru."
Tradisi Jalikattu sudah ada sejak ratusan tahun, dan diadakan di berbagai desa serta kota di seanetero Tamil Nadu.
Olahraga ini juga sering dibandingkan dengan adu banteng Spanyol, tapi penggemar Jalikattu, Dr. Katikay menuturkan tradisi India ini berbeda.
"Dalam adu banteng Spanyol Anda harus menjinakkan banteng dan membunuhnya. Kalau Anda bisa lakukan itu, Anda akan menang. Tapi dalam Jalikattu Anda harus mengambil bagian punuk, dan harus duduk di atas itu hingga dia lari melintas sejauh 15 meter. Setelah itu penunggangnya akan turun dari banteng dan pergi."
Kartikay menuturkan banteng ini dikembangbiakkan secara khusus dan para penjinak dilatih untuk acara ini.
"Hanya para penjinak terlatih yang boleh masuk ke dalam arena. Mereka tahu banteng mana yang datang dan bagaiamana gayanya. Mereka akan tahu kalau banteng itu datang ke bagian kiri atau berbalik ke kanan, dan mereka akan membuat rencana yang tepat untuk menangani banteng itu. Kami tidak bisa melatih para banteng, tapi kami bisa memberikan mereka makanan rumput berprotein tinggi, dan biji kapas, bubuk kedelai, dan sekam padi. Kami juga memvaksin mereka."
Madan, 37 tahun, seorang penjinak banteng. Ia pernah hampir tewas di arena itu sekitar tiga tahun lalu. Saat itu seekor banteng menancapkan tanduknya ke perutnya hingga merobek ususnya.
Dengan sorotan mata bangga, ia menunjukkan bekas luka itu.
"Waktu saya kecil sesepuh melakukan Jalikattu dan para penonton berharap banyak terhadap mereka. Hormat yang mereka dapatkan membuat saya terpesona, jadi saya memutuskan untuk ikut jejak mereka juga. Ini adalah petualangan yang luar biasa, dan menguji kekuatan seseorang. Olahraga ini bukan untuk orang–orang yang penakut."
Namun, beberapa tahun belakangan ini, olahraga menaklukkan banteng menjadi kontroversial dengan banyak kelompok yang menunding hewan-hewan ini disiksa membuat mereka akhirnya buas sekali.
Vinod Kumar, Asisten Sekretaris dari LSM Dewan Kesejahteraan Hewan India yang berbasis di Chennai.
"Mereka menggunakan bubuk cabai dan menggosokkan bubuk itu ke alat kelamin dan hidung banteng, dan ini tentunya akan membuat hewan-hewan itu marah."
Alhasil banteng-banteng itu sering berlarian sambil ngamuk, sehingga banyak orang yang jadi korban kata Kumar.
"Pada dasarnya ini adalah olahraga yang kejam. Kejam untuk hewan itu, dan orang-orang yang terlibat dalam olahraganya. Banyak orang yang tewas setiap tahun dalam acara Jalikattu. Tidak hanya mereka yang menjinakkan banteng tapi para penonton yang datang ke acara itu juga tewas."
Pada 1997, Pengadilan Tinggi Madras di Tamil Nadu melarang adu banteng ini.
Namun tahun lalu, Mahkamah Agung menghapus larangan ini dengan syarat peraturan ketat harus diberlakukan supaya olahraga ini menjadi aman untuk para penonton dan banteng.
Namun, sejumlah kelompok hak hewan mengatakan peraturan ini nyatanya tidak berubah di lapangan.
Shanthi Ramakrishnan dari Masyarakat Perawatan Etis Hewan atau PETA.
"Kecelakaan dan kematian masih saja terjadi. Hukum itu tidak mengubah apa-apa dan eksperimen ini menunjukkan bahwa kematian dan kecelakaaan manusia tidak bisa dihentikan. Jadi itu sebabnya solusi satu-satunya adalah melarang jalikattu."
Ramakrishnan menuturkan mereka sedang mengajukan petisi di Mahkamah Agung yang menuntut larangan penuh pada olahraga ini.
Kembali ke arena, para pemenang hari itu mendapatkan hadiah disambut tepukan tangan meriah para penonton.
Penjinak banteng bernama Madan menuturkan larangan itu tidak bisa mencegah mereka menjalankan budaya mereka.
"Kalau seseorang meninggal dalam satu kecelakaan bus apa mereka juga akan melarang bus di jalanan? Mereka yang meminta larangan, sebenarnya tidak tahu apa itu Jalikattu. Ini adalah olahraga yang berani, ini adalah budaya kami. Pemerintah semestinya tidak mendengarkan mereka. Tapi kalau mereka melarangnya kami akan menentang dengan segala kekuatan kami."
Jangan Lupa Di Like Ya Gan...
--
Source: http://mrcoppas.blogspot.com/2011/07/tradisi-jalikattu-manusia-vs-banteng.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
{ 0 komentar... read them below or add one }
Post a Comment kamu Dibawah ini,Blog ini DO Follow